A. Pengertian Pembelajaran Daring
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring merupakan akronim dari kata dalam dan jaringan yang artinya terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Sedangkan jejaring mengartikan sistem komputer terminal dan pangkalan data yang dihubungkan dengan saluran telekomunikasi untuk pertukaran data. Adapun internet adalah jaringan komputer terbesar yang mampu mengkoneksikan jutaan komputer yang tersebar di seluruh penjuru dunia (Munir, 2009). Dapat diartikan internet merupakan suatu media untuk berbagi informasi dan berinteraksi kapan dan di mana saja. Maka, dapat disimpulkan makna dari kata daring adalah suatu kondisi terhubung melalui jaringan komputer yang dihubungkan oleh saluran telekomunikasi sehingga dapat diakses tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Dapat diartikan internet merupakan suatu media untuk berbagi informasi dan berinteraksi kapan dan di mana saja. Maka, dapat disimpulkan makna dari kata daring adalah suatu kondisi terhubung melalui jaringan komputer yang dihubungkan oleh saluran telekomunikasi sehingga dapat diakses tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu.
Menurut Dimyati (2004) mengungkapkan bahwa pembelajaran daring atau yang biasa disebut juga dengan istilah e-learning merupakan kegiatan belajar mengajar jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi sebagai pendukungnya. Hal ini dapat meningkatkan gaya belajar. Berikut pengertian e-learning dalam berbagai sudut pandang para ahli : Pengertian e-learning menurut (Mutia, 2013) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa bahwa e-learning berasal dari dua kata yaitu “e” dan “learning”. “e” merupakan singkatan dari electronic dan learning berarti pembelajaran. Jadi e-learning proses merupakan pembelajaran yang menggunakan teknologi dengan memanfaatkan media elektronik seperti komputer, laptop ataupun handphone selama proses pembelajaran.
Pembelajaran daring menurut (Rigianti, 2020) adalah inovasi baru dalam pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat elektronik berupa handphone atau laptop prosesnya tidak terlepas dari jaringan internet, sehingga pembelajaran daring sangat bergantung kepada akses jaringan internet. Sedangkan menurut (Bariah, 2019) pembelajaran dalam jaringan atau istilahnya (daring) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang disampaikan secara konvensional kemudian dituangkan kedalam format digital melalui internet. Sehingga pembelajaran daring menjadi satu-satunya media pembelajaran yang dapat menyalurkan materi antara pendidik dan peserta didik selama masa darurat pandemic covid-19 ini. Sementara itu, menurut (Made Yeni Suranti, 2020) Pembelajaran jarak jauh atau daring ialah pemanfaatan teknologi, dimana selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan akses internet untuk mengerjakan berbagai tugas yang telah diberikan oleh pendidik. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan sebuah cara terbaru dengan bentuk pembelajaran dilakukan secara konvensional dan memanfaatkan berbagai perangkat elektronik sebagai media pembelajaran serta ditunjang oleh akses jaringan internet.
B. Karateristik Pembelajaran Daring
- Memanfaatkan jasa teknologi elektronik
- Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer network)
- Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja.
- Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer (Nursalam & Efendi, 2008)
C. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Daring
Prinsip-prinsip pembelajaran daring merupakan landasan dasar yang dijadikan syarat pada pelaksanaan pembelajaran proses pembelajaran daring. Sejala dengan Permen 109/2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh di Perguruan Tinggi, menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh di Indonesia memiliki karakteristik: bersifat terbuka, belajar mandiri, belajar tuntas, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, serta memanfaatkan teknologi pendidikan atau menerapkan pembelajaran terpadu di perguruan tinggi. Prinsip- prinsip pembelajaran daring berdasarkan (Kemenristekdikti, 2019) tentang Panduan Proses Pembelajaran Daring SPADA 2019 menjelaskan bahwa Prinsip pembelajaran dalam konteks SPADA dilandasi oleh prinsip pendidikan terbuka, sehingga menyediakan kemudahan belajar bagi peserta didik yang terkendala ruang dan waktu, serta prinsip keterpaduan dalam penyelenggaraan pembelajaran, terutama pembelajaran daring, yang memprioritaskan standar mutu capaian pembelajaran sehingga memungkin-kan sistem pengakuan kredit antar perguruan tinggi.
Prinsip-prinsip pembelajaran daring tersebut diterapkan dalam lima aspek proses pembelajaran daring, yaitu (1) perancangan pembelajaran, (2) kegiatan pembelajaran, (3) strategi pengantaran/penyampaian, (4) media dan teknologi pembelajaran, (5) serta layanan bantuan belajar. Kelima aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. (Kemenristekdikti, 2019). Adapun tujuan proses pembelajaran daring menurut Kemenristekdikti pada tahun 2019 yaitu sebagai berikut:
- Membantu mahasiswa dalam memecahkan berbagai masalah belajar melalui tambahan penjelasan, tambahan informasi, diskusi dan kegiatan lainnya secara daring.
- Meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar dan menyelesaikan masalah melalui beragam interaksi daring dan luring.
- Menumbuhkembangkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
- Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk secara otonom berpartisipasi dalam berbagai kegiatan belajar.
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan refleksi melalui “self-assessment”.
D. Fungsi Pembelajaran Daring
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran daring terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (Classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) menurut Purwanti (2014) yaitu:
- Suplemen
Dikatakan berfungsi sebagai supplemen (tambahan), artinya dalam hal apakah akan memanfaatkan materi pelajaran elektronik atau tidak peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih. Dalam hal ini, peserta didik tidak diharuskan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Walaupun sifatnya opsional, peserta didik yang memilih memanfaatkannya tentu akan memperoleh tambahan pengetahuan atau wawasan.
2. Komplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) ketika materi pembelajaran elektronik dirancang untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen artinya dapat dijadikan sebagai reinforcement atau materi pembeljaran eletronik dirancang untuk menjadi (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik. Materi pembelajaran elektronik juga disebut sebagai enrichment, yang diperuntukkan kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai materi pelajaran yang disampaikan pendidik secara tatap muka (fast leaners) maka mereka memperoleh kesempatan untuk mendapatkan materi pembelajaran elektronik yang dikembangkan khusus untuk mereka.yang bertujuan agar penguasaan peserta didik terhadap materi yang di sampaiakan oleh pengajar di dalam kelas menjadi semakin baik. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners) maka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang dirancang untuk mereka.
3. Pengganti (Substitusi)
Perguruan-perguruan tinggi di negara maju telah melakukan inovasi model pembelajaran kepada para siswanya. Dimana hal ini bertujuan agar para siswa dapat secara fleksibel menyesuaikan kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari siswa
E. Manfaat Pembelajaran Daring
Pemanfaatan pembelajaran daring tidak terlepas dari akses internet. Karena teknik pembelajaran yang ada di internet begitu lengkap, maka hal ini dapat mempengaruhi tugas guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan kelebihan dari pembelajaran daring Rusman (2012) bahwa terdapat 5 kelebihan pada pembelajaran berbasis web yaitu :
- Access is available anytime, anywhere, around the globe (akses tersedia kapan pun, dimana pun, dan di seluruh dunia).
- Prestudent equipment costs are affordable (biaya operasional siswa mengikuti kegiatan pembelajaran menjadi lebih terjangkau).
- Student tracking is made easy (pengawasan terhadap perkembangan siswa jadi lebih mudah).
- Possible “learning object” architecture supports on demand personalized learning (rancangan pembelajaran berbasis web memungkinkan dilakukannya kegiatan pembelajaran yang sudah terpersonalisasi).
- Contentisealy update (materi pembelajaran bisa diperbaharui secara lebih mudah)
Menurut Yazdi (2012) manfaat pembelajaran menggunakan media internet adalah:
- Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan peserta didik dapat dengan mudah berinteraksi melalui internet tanpa terkendala oleh jarang dan waktu.
- Guru dan siswa dapat mengakses bahan ajar atau pedoman belajar yang terstruktur dan terjadwal yang terdapat di internet, sehingga guru dan siswa sama-sama mengetahui sudah seberapa jauh materi yang dipelajari.
- Siswa dapat dengan mudah mempelajari kembali materi yang telah diajarkan, mengingat Salinan materi bisa di simpan di komputer.
- Siswa juga bisa mencari tambahan informasi atau materi melalui akses internet dengan mudah.
- Guru dan siswa dapat berdiskusi melalui internet, dengan jumlah peserta yang banyak sehingga dapat menambah pengetahuan peserta didik.
- Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring
Menurut Munir (2009) pembelajaran daring digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu:
- Interaksi pembelajaran meningkat.
- Interaksi pembelajaran menjadi lebih mudah yang bisa dilakukan dari mana dan kapan saja.
- Memiliki jangkauan yang lebih luas.
- Memudahkan penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.
Adapun kekurangan yang dikemukakan Munir (2009) adalah sebagai berikut:
- Kurangnya interaksi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya yang bisa menghambat pembentukan aspek pembelajaran sikap, moral atau sosial.
- Teknologi lebih cenderung memperhatikan aspek teknis daripada aspek pendidikan yang bertujuan untuk mengubah kemampuan akademik, perilaku, sikap, sosial atau keterampilan dari peserta didik.
- Proses pembelajarannya lebih menekankan kearah pelatihan daripada aspek pengetahuan atau psikomotor dan kurang memperhatikan aspek afektif.
- Pendidik dituntuk untuk bisa menguasai teknologi sehingga bisa mengaplikasikan berbagai strategi, metode atau teknik pembelajaran yang belum dikuasianya selama pembelajaran konvensional.
- Jika peserta didik kurang aktif selama proses pembelajaran atau tidak mempertanyakan kepada pengajar terkait hal –hal yang belum dipahami, sementara peserta didik juga belum bisa be;lajar mandiri dan motivasi belajarnya tergolong rendah maka proses belajarnya akan mengalami kegagalan.
- Kelemahan dari aspek teknis, yaitu tidak semua peserta didik dapat memanfaatkan fasilitas internet karena terbatasnya akses internet di beberapa daerah.
- Adanya keterbatas pada perangkat lunak yang biayanya masih relatif mahal.
- Masih minimnya pengetahuan dan keterampilan (skill dan knowledge) untuk mengoperasikan dan memanfaatkan internet secara optimal.
G. aktor faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Daring
Untuk menjadikan pembelajaran daring berjalan sukses maka kuncinya adalah efektivitas, berdasarkan studi yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat 3 hal yang dapat memberikan efek terkait pembelajaran secara daring yaitu:
- Teknologi, secara khusus pengaturan jaringan harus memungkinkan untuk terjadinya pertukaran sinkronisasi dan asinkronisasi; siswa harus memiliki akses yang mudah (misalnya melalui akses jarak jauh); dan jaringan seharusnya membutuhkan waktu minimal untuk pertukaran dokumen.
- Karakteristik pengajar, pengajar memainkan peran sentral dalam efektivitas pembelajaran secara daring, bukan hanya sebuah teknologi yang penting tetapi penerapan instruksional teknologi dari pengajar yang menentukan efek pada pembelajaran, siswa yang hadir dalam kelas yang memiliki motivasu belajar yang baik dan lebih memahami penggunaan sebuah teknologi akan cenderung menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih positif. Dalam lingkungan belajar konvensional siswa cenderung terisolasi karena mereka tidak memiliki lingkungan khusus untuk berinteraksi dengan pendidik.
- Karakteristik siswa, Leidner mengungkapkan bahwa pembelajaran daring akan mudah diterapkan pada peserta didik yang memiliki sikap disiplin dan rasa percaya diri yang tinggi sedangkan siswa yang tidak memiliki keterampilan dasar dan disiplin yang tinggi akan lebih cocok untuk mengikuti pembelajaran secara konvensional (Pangondian, Santosa, & Nugroho, 2019).
H. Pembelajaran Daring dalam Layanan Bimbingan Konseling
- Layanan Informasi
WS. Winkel (2003:189) menegaskan bahwa layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Lebih lanjut ditambahkan oleh Prayitno (2017:79) bahwa layanan informasi adalah salah satu layanan yang memberikan fasilitas kepada klien dengan memberikan berbagai informasi yang diminta atau yang dibutuhkan oleh klien sehingga dengan informasi yang diperoleh, klien dapat mengambil sikap tentang apa yang akan dilakukan ke depan.
Pelaksanaan layanan informasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yang pertama yaitu dengan cara diminta oleh klien berbagai informasi kepada konselorya dan yang kedua adalah dengan cara konselor itu sendiri yang memberikannya kepada klien. Pada pelaksanaan cara yang kedua, konselor tidak hanya memberikan begitu saja kepada klien, tetapi konselor memberikannya atas dasar analisis yang dilakukan oleh konselor bahwa klien benar-benar membutuhkan informasi yang ingin disampaikan oleh konselor. Berbagai informasi yang dibutuhkan oleh klien/siswa dalam melaksanakan pembelajaran daring. Baik dari sisi buruknya maupun sisi baiknya. Oleh karena itu, Guru BK/Konselor berkewajiban memberikan pengetahuan umum ataupun khusus tentang pembelajaran daring, sehingga klien/siswa tetap menikmati berjalannya pembelajaran walaupun menggunakan daring.
- Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan Bimbingan Kelompok Hallen (2002) menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik untuk bersama sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting. Bimbingan kelompok mengacu kepada aktivitas-aktivitas yang berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman melalui sebuah aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisir. Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Mungin Eddy Wibowo, 2005).
Peranan anggota kelompok dalam bimbingan kelompok, yaitu aktif membahas permasalahan atau topik umum tertentu yang hasil pembahasannya itu berguna bagi para anggota kelompok: berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi sosial, menyumbang bagi pembahasan masalah, dan menyerap berbagai informasi untuk diri sendiri. Suasana interaksi multiarah, mendalam dengan melibatkan aspek kognitif. Sifat pembicaraan umum, tidak rahasia, dan kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat perubahan dan pendalaman masalah/topik.
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada klien secara kelompok dengan jumlah anggota kelompok berkisar antara 10-15 orang. Dalam pelaksanaannya bimbingan kelompok dipimpin oleh satu orang konselor yang telah terampil dalam memimpin kegiatan kelompok. Oleh karena itu, seorang calon konselor harus benar-benar mempelajari dan mendalami pelaksanaan layanan bimbingan kelompok agar pelaksanaan yang professional benar-benar dapat terwujud secara utuh.
- Layanan Konseling Kelompok
Hallen (2002) bahwa layanan konseling kelompok yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Selanjutnya layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan yang saling keterkaitannya sangat besar. Dalam kegiatan kelompok (baik layanan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok).
Ohlsen dalam Mungin Eddy Wibowo (2005) menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan pengalaman terpenting bagi orang-orang yang tidak mempunyai masalah-masalah emosional yang serius. Dalam konseling kelompok ada hubungan antara konselor dengan anggota kelompok penuh rasa penerimaan kepercayaan dan rasa aman. Dalam hubungan ini anggota kelompok (klien belajar menghadapi, mengekspresikan dan menguasai perasaan-perasaan atau pemikiran-pemikiran yang mengganggunya yang merupakan masalah baginya.
Topik atau masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat “pribadi” yaitu masalah itu memang merupakan masalah pribadi yang secara langsung dialami, atau lebih tepat lagi merupakan masalah atau kebutuhan yang sedang dialami oleh para anggota kelompok yang menyam paikan topik atau masalah itu. Masalah atau topik pribadi “berada di dalam diri anggota kelompok yang menyampaikannya, menjadi “milik” atau bagian dari pribadi anggota kelompok yang bersangkutan (Mungin Eddy Wibowo, 2005).
Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok, sangat berbeda dengan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, walaupun secara umum kelihatan sama. Dalam beberapa pemahaman dijelaskan bahwa antara pelaskanaan layanan konseling kelompok dengan bimbingan kelompok dapat dikatakan “sama tetapi berbeda”. Bahkan dalam beberapa pendapat dikatakan bahwa perbedaan antara pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan konseling kelompok sama dengan “dua orang anak kembar yang sepintas lalu kelihatan sama tetapi mengalami banyak perbedaan. Sepintas lalu memang sulit bagi guru lain dalam memberdayakannya. Tetapi kondisi ini dapat dijawab dengan memperhatikan secara seksama tentang pelaksanaan yang dilakukan oleh konselor, apakah yang dilakukan itu layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok.
Dalam pelaksanaan konseling kelompok, jumlah anggota kelompok berkisar antara 8-10 orang. Jumlah ini agak sedikit dibanding dengan jumlah anggota bimbingan kelompok. Lebih lanjut ditambakan oleh Prayitno (2017) bahwa pelaksanaan layanan ini dapat dilakukan dimana saja, baik dalam ruang tertutup atau ruangan terbuka, asalkan kenyamanan dan keamanan klien dapat terjaga dengan baik. Sebagai salah satu layanan yang membantu siswa untuk mencari alternatif pemecahan masalah siswa, pemberian layanan konseling kelompok dianggap mampu memberikan bantuan yang tepat bagi siswa yang terganggu atau bermasalah dengan kegiatan pembelajaran daring di satuan Pendidikan.